Selasa, 18 November 2014

etika sosial


Etika Sosial
Ilustrasi etika sosial
Apa itu etika sosial? Etika adalah suatu aturan yang diberlakukan dengan tujuan untuk menertibkan hubungan dengan orang lain agar bisa terjalin komunikasi yang baik dan akrab. Jadi, etika sosial adalah peraturan yang dianut oleh suatu tatanan sosial yang merupakan hasil kreasi manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk menjaga hubungan suatu masyarakat yang baik dan harmonis.
Etika ini berlaku dalam suatu komunitas dan kadang kala punya suatu ciri tersendiri. Ciri yang muncul ini tergantung kepada budaya dan adat istiadat yang berlaku di daerah dimana suatu komunitas atau masyarakat tinggal. Kemudian budaya ini masih dipengaruhi lagi oleh pola pikir dari masyarakat setempat serta lokasi dan kondisi geografis dimana komunitas masyarakat tinggal.

Pentingnya Etika Sosial
Sebagaimana kita ketahui bila di setiap komunitas masyarakat pasti terdapat etika yang berlaku. Maka setiap orang yang tinggal bersama anggota masyarakat tersebut harus mau mentaati segala macam aturan yang berlaku. Tujuannya tentu saja untuk menjalin kehidupan yang harmonis, terutama dengan anggota masyarakat yang lain.
Setiap tindakan yang kita lakukan harus sesuai dengan etika sosial yang berlaku di daerah tersebut. Hal ini berlaku secara global dimanapun kita tinggal. Entah itu di belahan dunia barat, timur, selatan atau utara. Masing masing punya aturan tersendiri untuk menjaga kehidupan yang baik di lingkungannya.
Contoh Etika Sosial
Berikut ini beberapa contoh etika sosial di masyarakat dari berbagai wilayah.
1.Di daerah Jawa (terutama Jawa Tengah), kita harus membungkukan badan ketika sedang lewat atau berjalan kaki di depan orang lain, terutama yang lebih tua. Etika ini berlaku dengan maksud sebagai simbol penghormatan.
2.Ketika mau masuk ke rumah orang lain, kita harus mengetuk pintu rumah dan memberi salam atau minta permisi. Tujuannya tentu saja untuk menghargai privasi dan keberadaan dari tuan rumah.
3.Bertamu tidak boleh di malam hari. Tujuannya tentu saja agar tidak mengganggu orang yang sedang beristirahat di waktu malam.
4. Bersendawa ketika makan. Ini adalah contoh etika yang berlawanan dengan budaya indonesia. Di deaerah Korea bila ada saudara atau teman yang mengajak makan bersama lalu kita bersendawa, maka hal ini merupakan suatu bentuk penghormatan. Di negara tersebut sendawa adalah simbol kebahagiaan, penghormatan serta ucapan terima kasih karena telah diajak makan bersama.
5.Di daerah Eropa ketika kita melakukan sendawa di waktu atau setelah makan adalah hal yang sangat tidak sopan. Alasannya adalah hal tersebut bisa mengganggu suasana serta menghilangkan nafsu makan karena suara yang ditimbulkan bisa memunculkan rasa jijik.
6.Contoh etika lain yang saling berlawanan adalah di Jawa. Orang yang sedang mendapat saran atau teguran dari orang tua harus menundukan muka. Karena bila menatap orang tua dianggap menantang dan tidak menghormati. Namun di Eropa, ketika ada orang yang bicara harus menatap mukanya, sebagai bentuk perhatian pada pembicaraan yang sedang dilakukan.
Etika Sosial di Media Sosial
Selama ini, penikmat dan pengguna media sosial lebih cenderung merasa bebas mengeluarkan ekspresi di dunia atau ruang maya. Contohnya mengunggah gambar berbau pornografi atau gambar korban kecelakaan, mengkritik perilaku orang lain, melecehkan orang lain, menulis kabar bohong, menyampaikan hal yang sifatnya sangat pribadi, dan lain sebagainya.
Lalu, bagaimana seharusnya beretika di media sosial? Sebenarnya, etika dalam bersosialisasi di media seperti itu tak ada bedanya dengan kehidupan nyata sehari-hari. Kita semua pasti mengerti Erika dalam kehidupan sehari-hari dan ini bisa diterapkan juga dalam bersosialisasi di media. Walaupun begitu, tak ada kewajiban untuk mematuhi etika dalam bersosialisasi di media.
Contohnya, saat empat orang sedang meeting di sebuah kantor. Lalu, salah satu dari mereka yang nge-tweet dengan menuliskan “Aku sedang meeting di kantor dengan si A, B, dan C. Perilaku ini mungkin saja telah melanggar privasi karena belum tentu semua orang bersedia dipunlikasikan di media sosial.
Walaupun demikian, kita tidak dapat memberi hukuman atau sanksi kepada si pelaku tersebut, sebab sejak awal tak ada aturan tentang apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak boeh dilakukan di media sosial. Jika pun ada hukuman, sifatnya adalah hukuman sosial. Si pelaku dengan sendirinya akan dikucilkan dari lingkungan media sosial. Namun, bila pihak yang merasa dirugikan menginginkan sanki hukum, laporkanlah ke pihak berwajib.
Bentuk dari sanki sosial dapat berbentuk protes ataupun tak melibatkannya lagi di dalam kehidupan media sosial ataupun kehidupan nyata. Pada dasarnya, setiap orang itu pasti memiliki perasaan untuk mengukur apakah yang diperbuatnya itu benar atau tidak. Saat ini, para pengguna internet ataupun media sosial lain di Indonesia sudah mulai bersikap dewasa. Mereka semua sudah bisa menilai mana yang baik dan mana yang tidak, termasuk untuk di-post di media sosial.
Pada umumnya, masyarakat kita sudah memiliki filter pribadi tanpa harus membuta aturan yang legal atau baku, sebab hingga saat ini belum ada undang-undang sosial media selain Undang-Undang Tentang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik).
4 Etika Sosial di Media Sosial
Menulis atau mengekspresikan perasaan di media sosial itu memanglah hal yang sangat menyenangkan. Tapi, sudahkah Anda menjaga baik-baik apa yang sudah ditulsi di media sosial? Mengapa harus dijaga baik-baik? Seperti kita ketahui bahwa tanpa sadar tulisan yang dipublikasikan di media sosial itu terkadang menyakiti hati orang lain. Nah, itulah mengapa kita harus menjaga baik-baik tulisan yang dibuat.
Nah, agar tidak terjadi hal seperti itu, mari kita lihat apa saja yang wajib diperhatikan di media sosial berikut ini.
1. Jangan Ikut-ikutan
Ikut mengomentarui tentang sesuatu yang sedang tren memang terkadang sangat menyenangkan. Namun, jika tak mengetahi secara pasti permasalahannya, sebaiknya jangan ikut-ikutan seperti apa yang dilakukan orang lain hanya karena tak ingin disebut ketinggalan zaman.
2. Hargai Karya Orang Lain
Di dalam media sosial seperti Twitter misalnya, bila setuju dan menyukai pendapat orang lain, pengguna cukup mengklik retweet. Berbeda halnya dengan blog dan facebook. Tak jarang, kita menuliskan tulisanyang telah ditulis oleh orang lain. Jika memang ingin ditulis kembali, sebaiknya hargai sumber yang dipilih dengan cara mencantumkan alamat website atau apa saja yang bisa dijadikan sumber. Jadi, jangan mencuri tulisan karya orang lain.
3. Berpikir Sebelum Menulis
Menulis pandangan atau opini terhadap sesuatu di media sosial sebenarnya bukanlah hal asing. Namun, berhati-hatilah dengan kalimat-kalimat yang ditulis, terlebih jika saat menulis, hati kita sedang emosi. Jadi, berpikirlah sebelum menulis sesuatu di media sosial. Jangan sampai tulisan yang dibuat berdampak negatif bagi diri sendiri dan orang lain.
4. Baca Lagi

Poin ini berkaitan erat dengan poin sebelumnya. Untuk mengantisipasi dampak negatif dari tulisan yang dibuat, cobalah baca ulang dan cek kembali kalimat apa saja yang sudah ditulis. Dengan membaca ulang dan mengecek kembali, dijamin tak akan ada orang yang memprotes tulisan tersebut sebab sudah dicek dan dipikirkan matang-matang.

terima kasih 

0 komentar: