Selasa, 18 November 2014

pengertian diferensiasi sosial


Diferensiasi Sosial
Mungkin Anda sering mendengar istilah diferensiasi sosial, tahukah Anda apa arti dari istilah tersebut? Diferensiasi sosial ialah istilah yang merujuk pada perbedaan secara umum dalam masyarakat. Namun secara khusus, diferensiasi sosial dapat diartikan sebagai perbedaan dalam masyarakat yang diklasifikasikan secara horizontal. Istilah diferensiasi sosial dan segala pembahasannya seringkali menjadi kajian dalam ilmu-ilmu sosial, terutama antropologi dan sosiologi.

Klasifikasi horizontal dalam diferensiasi sosial kemudian mengalami proses perolehan hak dan kewajiban seseorang dalam masyarakat. Hak dan kewajiban tersebut akan berbeda pada setiap orang, tergantung di mana ia ditempatkan dalam klasifikasi horizontal tersebut, yang terbagi ke dalam klasifikasi berdasarkan peran dalam lapangan pekerjaan, prestise, kekuasaan, dan kelompok sosial sesuai dengan perannya di dunia kerja.
Pengaruh terbesar diferensiasi sosial ini adalah konsep pembagian kerja pada masyarakat. Konsep pembagian kerja ini merupakan imbas dari pemahaman kapitalis yang mempengaruhi dunia modern, terlebih di negara-negara berkembang yang sangat terasa atmosfernya. Pembagian kerja dalam masyarakat inilah yang kemudian akan menentukan pembagian hak-hak istimewa bagi orang-orang yang berada pada tingkat klasifikasi tertentu.
Selain pembagian kerja, klasifikasi horizontal dalam diferensiasi sosial ini membagi manusia kedalam klasifikasi gender, ras, etnis, agama, gender, dan suku bangsa. Kajian tentang diferensiasi sosial difokuskan pada fungsi dan peran dalam pemisahan-pemisahan kultural, lengkap dengan dinamika dan problematika terkait dengan diferensiasi tersebut.
Lapangan kerja paling dekat tentang kajian ini adalah masyarakat di manapun Anda berada. Diferensiasi sosial memang pasti ada di setiap lingkungan tinggal, hanya bentuk dan permasalahannya mungkin berbeda-beda, ditentukan oleh latar belakang kebudayaan masing-masing wilayah.
Diferensiasi sosial tidak selalu diarahkan pada stratifikasi sosial, akan tetapi karena kedua hal ini berkaitan dengan pembedaan dalam masyarakat (baca: pengklasifikasian), maka masalah yang dihadapi juga hampir serupa, seperti diskriminasi ataupun ketimpangan lainnya.
Untuk memahami lebih dalam lagi tentang diferensiasi sosial dan permasalahan-permasalahan yang dialami terkait dengan pembedaan masyarakat ini, simaklah pemaparan berikut. Sebelum beranjak ke dalam paparan, perlu diketahui bahwa penjelasan yang akan Anda simak akan memberikan deskripsi tentang diferensiasi dan permasalahan yang kerap menyertainya.

DIFERENSIASI SOSIAL BERDASARKAN RAS
Diferensiasi ras yang terjadi di dunia dimaksudkan untuk mengklasifikasikan perbedaan-perbedaan manusia yang dapat diamati melalui tampilan fisik dan ciri-ciri biologis lainnya. Ras dapat diidentifikasi tanpa studi mendalam. Perbedaan ras ini dapat terlihat secara nyata, karena hanya merupakan perbedaan ciri-ciri fisik.
Pada awalnya, klasifikasi ras yang diungkapkan dalam kajian diferensiasi ini dibuat untuk mempermudah studi eksakta, khususnya biologi, dalam mempelajari manusia dan struktur penyusun tubuhnya. Namun kemudian, klasifikasi ini diadaptasi pula oleh ilmu sosial untuk mempelajari kebudayaan dan persebaran etnis berdasarkan ras di seluruh dunia.
Diferensiasi yang disusun oleh para ahli biologi ini juga pada akhirnya dipergunakan untuk menganalisis temuan-temuan manusia purba oleh ahli antropologi, arkeologi, dan kajiannya dikembangkan menjadi bagian dari studi sosial yang disebut sebagai biologi manusia.
Pada saat ini konsep diferensiasi ras dipergunakan dalam ruang lingkup yang umum, bukan lagi dalam lingkup terbatas ilmu pengetahuan. Dengan sosialisasi yang sempurna di tingkat akademik mengenai diferensiasi ras ini, masyarakat modern lebih memahami apa itu ras dan dapat mengklasifikasikannya dalam diferensiasi.
Diferensiasi ini dikaji karena ilmu-ilmu sosial mulai mengembangkan pemahaman bahwa setiap kelompok masyarakat melahirkan unsur-unsur kebudayaan yang universal namun berbeda-beda pada pelaksanaannya. Dari penjelasan-penjelasan tersebut, maka diharapkan agar mereka (para ilmuwan sosial) dapat mengabstraksikan klasifikasi hasil-hasil kebudayaan dipengaruhi oleh ras masing-masing.
Nampaknya usaha tersebut justru mendatangkan permasalahan baru dalam diferensiasi ras yang membagi dunia kedalam beberapa klasifikasi. Meskipun diferensiasi sama sekali berbeda dengan stratifikasi, namun permasalahan yang sering muncul dalam stratifikasi pun menimpa kajian-kajian tentang diferensiasi. Perbedaan dalam diferensiasi ras sering menjadi pemicu adanya permasalahan diskriminasi.
Diskriminasi ras atau dalam istilah internasional disebut race discrimination diciptakan sebagai reaksi atas munculnya dominasi satu ras terhadap ras lainnya.
Permasalahan ini disinyalir muncul akibat kesalahpahaman makna yang dilakukan oleh masyarakat atas hasil-hasil studi yang dilakukan oleh para ilmuwan sosial pada abad ke-19. Dimulai dengan permasalahan moral kemanusiaan terbesar, dimana kaum-kaum negroid diperbudak oleh kaum bangsawan Eropa, baik di Eropa maupun di Amerika.
Dalam kasus ini, kaum bangsawan Eropa yang memiliki ras kaukasoid menganggap ras mereka sebagai ras yang unggul, sementara kaum ras berwarna (negroid, mongoloid, American mongoloid) memiliki kelemahan ras.
Kemudian stigma itu berkembang, menurut mereka, ras kulit berwarna juga memiliki kelemahan IQ sehingga tidak memiliki tingkat kecerdasan yang sama seperti mereka.Entah hal apa yang melahirkan stigma itu, mungkin karena ilmuwan yang banyak meneliti tentang ras ini berasal dari ras mereka (kaukasoid).
Permasalahan diskriminasi ras ini menjadi salah satu kesalahan terbesar yang pernah terjadi di dunia. Stigma tersebut bahkan bergulir hingga saat ini, di benua-benua dengan mayoritas penduduk ras kaukasoid, beberapa waktu masih ditemukan terjadinya diskriminasi ras.
Di Amerika misalnya, orang-orang Afro-Amerika sering mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari orang-orang kulit putih. Alhasil masih sering terjadi perseteruan mengenai hal ini. Namun lambat laun permasalahan ini berusaha dihilangkan, karena dianggap tidak menghargai keragaman dalam masyarakatnya.
DIFERENSIASI SOSIAL BERDASARKAN ETNIS
Menurut Alex Thio, kelompok etnis adalah sekelompok orang yang sering berbagi warisan kebudayaan tertentu. Etnis sama sekali berbeda dengan ras, karena etnis di klasifikasi bukan berdasarkan ciri-ciri fisik, namun diklasifikasi berdasarkan kriteria kebudayaan tertentu.
Misal, dalam penyebutan etnis Cina-Indonesia berarti merujuk pada sekelompok orang yang memiliki kebudayaan leluhur yang sama, yakni leluhur asli yang datang dari Cina ke Indonesia dengan kepentingan tertentu (biasanya kepentingan perdagangan).
Di Indonesia, permasalahan etnis ini menjadi salah satu permasalahan yang kerapkali terjadi. Sekelompok orang yang mengatasnamakan diri mereka sebagai pribumi (secara ekstrim) seringkali sulit menerima keterbukaan, sehingga mereka justru menganggap rendah etnis-etnis pendatang yang menjadi minoritas.
Akibatnya beberapa kelompok masyarakat dari etnis pendatang yang memiliki pengalaman ‘pahit’ ini memberikan cap yang juga tidak kalah ‘menyakitkan’ pada orang-orang pribumi.
Permasalahan etnis ini diperkirakan dimulai sejak awal abad ke-18, yakni saat kedatangan VOC di Nusantara. Apakah Anda mengingat, dalam pelajaran sejarah Indonesia, Anda pernah diajarkan bahwa pada saat pendudukan VOC, mereka membagi masyarakat ke dalam empat lapisan yang disahkan dalam hukum Belanda saat itu, yakni golongan Eropa, golongan Indo, golongan Timur Asing, dan golongan Bumiputera (pribumi) yang justru ditempatkan pada lapisan terakhir.
Bukan tidak berarti, urutan golongan ini memiliki efek stratifikasi di masyarakat, sehingga semakin rendah lapisannya, semakin tidak dihargai pula hak-haknya. Dikarenanakan oleh hal tersebut, maka masyarakat Indonesia yang marah saat itu kemudian meluncurkan stigma pada golongan-golongan diluar pribumi melalui gerakan-gerakan bawah tanah.
Pengalaman-pengalaman tersebutlah yang secara tidak sadar diwariskan hingga saat ini, sehingga diskriminasi masih mungkin terjadi di antara etnis yang terdapat di indonesia. Hal ini masih akan terus diperbaiki oleh pemerintah Indonesia melalui pendidikan dasar, dengan usaha-usaha penyadaran kepada masyarakat bahwa keberagaman di Indonesia bukanlah sumber perselisihan, melainkan merupakan kekuatan yang harus selalu dibina.
Diferensiasi Sosial Berdasarkan Agama
Agama lahir sebagai jawaban atas kegelisahan-kegelisahan manusia di dunia. Emile Durkheim menjelaskan bahwa agama dalam pandangannya adalah suatu sistem kepercayaan yang dilengkapi dengan berbagai macam ritualnya sebagai bentuk rasa terima kasih kepada Tuhan yang mereka yakini.
Namun diluar pengertian tersebut, agama dan ritual-ritual yang dilakukan merupakan alat pemersatu umat beragama yang menganut masing-masing agama atau kepercayaan yang ada.
Yang dimaksud dengan agama merupakan seluruh bentuk kepercayaan yang diyakini oleh masing-masing umatnya akan membawa kehidupan mereka ke arah yang baik. Bentuk-bentuk agama ini beragam, mulai dari kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat magis, supranatural, hingga kepercayaan terhadap Tuhan.
Melalui ajaran-ajarannya, bukankah agama menanamkan kedamaian sebagai kebaikan pada umatnya? Namun yang terjadi di dunia, agama seringkali menjadi kambing hitam bagi kepentingan segelintir manusia untuk melancarkan segala keinginannya. Kesucian agama kemudian diperkeruh oleh berbagai hal (baca: kepentingan), yang kemudian memunculkan stigma yang buruk oleh agama tertentu terhadap agama lainnya.
Yang dikhawatirkan adalah, ketika suatu agama dipenuhi beragam unsur kepentingan para pemimpinnya, maka akan terjadi keyakinan semu, yang bisa saja menyesatkan, karena membiaskan keyakinan aslinya.
Oleh karena itu, alih-alih mengikuti aliran-aliran agama tertentu yang kurang diyakini, sebagai yang juga bagian dari umat beragama, sebaiknya kita membatasi diri agar tidak terjerumus ajaran yang salah dengan cara mendalami agama yang sudah kita pegang teguh sejak dilahirkan sesuai dengan ajaran yang disampaikan kitab agama masing-masing. 
Diferensiasi Sosial Berdasarkan Gender
Diferensiasi gender merupakan pembagian hak dan kewajiban yang didasari oleh pembagian peran (yang sangat dipengaruhi oleh konsep pembagian kerja dalam masyarakat kapitalis). Diferensiasi gender merupakan pembedaan antara laki-laki dan perempuan dengan latar belakang budaya. Jadi perbedaan gender merupakan bentukan budaya, tidak ada pengaruhnya sama sekali dengan unsur-unsur biologis.
Dari pemahaman tentang diferensiasi gender ini, peran perempuan dan laki-laki di dunia menjadi terpisahkan. Ada lapangan kerja laki-laki, maka ada lapangan kerja perempuan. Kerja laki-laki hanya diutamakan bagi pengembangan potensi laki-laki, begitupun perempuan. Laki-laki dan perempuan seolah-olah menjadi jenis manusia yang berbeda, diberikan porsi masing-masing sesuai dengan bentukan budaya.
Dari diferensiasi gender ini kemudian berkembang konsep dunia patriarkis, dimana laki-laki dianggap lebih tinggi dari perempuan (bahkan pada kebudayaan tertentu, misal di kebudayaan India dan Timur Tengah, laki-laki dianggap lebih mulia sementara perempuan berstatus dibawahnya), maka kerapkali ada anggapan bahwa laki-laki lebih patut memimpin segala sesuatu.
Lalu lahir pula konsep-konsep femininitas dan maskulinitas pada banyak kebudayaan, yang semakin mematangkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Maka masalah yang muncul selanjutnya adalah bias gender, dimana perempuan kerapkali direndahkan dan tidak mampu menyamai potensi laki-laki.
Salah satu jalan penyelesaiannya adalah menghargai perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis, namun sesungguhnya tidak dapat dibedakan dalam hakikatnya sebagai manusia.

Diferensiasi sosial lahir di berbagai kebudayaan bukan untuk melahirkan perpecahan, sebaiknya masyarakat di dunia harus memiliki kesadaran bahwa perbedaan adalah keindahan yang harus dipersatukan. Perbedaan bukanlah kompetisi tentang siapa yang unggul dan siapa yang berada di bawahny

0 komentar: