Diferensiasi Sosial
Mungkin Anda sering mendengar
istilah diferensiasi sosial, tahukah Anda apa arti dari istilah tersebut?
Diferensiasi sosial ialah istilah yang merujuk pada perbedaan secara umum dalam
masyarakat. Namun secara khusus, diferensiasi sosial dapat diartikan sebagai
perbedaan dalam masyarakat yang diklasifikasikan secara horizontal. Istilah
diferensiasi sosial dan segala pembahasannya seringkali menjadi kajian dalam
ilmu-ilmu sosial, terutama antropologi dan sosiologi.
Klasifikasi horizontal dalam
diferensiasi sosial kemudian mengalami proses perolehan hak dan kewajiban
seseorang dalam masyarakat. Hak dan kewajiban tersebut akan berbeda pada setiap
orang, tergantung di mana ia ditempatkan dalam klasifikasi horizontal tersebut,
yang terbagi ke dalam klasifikasi berdasarkan peran dalam lapangan pekerjaan,
prestise, kekuasaan, dan kelompok sosial sesuai dengan perannya di dunia kerja.
Pengaruh terbesar diferensiasi
sosial ini adalah konsep pembagian kerja pada masyarakat. Konsep pembagian kerja
ini merupakan imbas dari pemahaman kapitalis yang mempengaruhi dunia modern,
terlebih di negara-negara berkembang yang sangat terasa atmosfernya. Pembagian
kerja dalam masyarakat inilah yang kemudian akan menentukan pembagian hak-hak
istimewa bagi orang-orang yang berada pada tingkat klasifikasi tertentu.
Selain pembagian kerja,
klasifikasi horizontal dalam diferensiasi sosial ini membagi manusia kedalam
klasifikasi gender, ras, etnis, agama, gender, dan suku bangsa. Kajian tentang
diferensiasi sosial difokuskan pada fungsi dan peran dalam pemisahan-pemisahan
kultural, lengkap dengan dinamika dan problematika terkait dengan diferensiasi
tersebut.
Lapangan kerja paling dekat
tentang kajian ini adalah masyarakat di manapun Anda berada. Diferensiasi
sosial memang pasti ada di setiap lingkungan tinggal, hanya bentuk dan
permasalahannya mungkin berbeda-beda, ditentukan oleh latar belakang kebudayaan
masing-masing wilayah.
Diferensiasi sosial tidak selalu
diarahkan pada stratifikasi sosial, akan tetapi karena kedua hal ini berkaitan
dengan pembedaan dalam masyarakat (baca: pengklasifikasian), maka masalah yang
dihadapi juga hampir serupa, seperti diskriminasi ataupun ketimpangan lainnya.
Untuk memahami lebih dalam lagi
tentang diferensiasi sosial dan permasalahan-permasalahan yang dialami terkait
dengan pembedaan masyarakat ini, simaklah pemaparan berikut. Sebelum beranjak
ke dalam paparan, perlu diketahui bahwa penjelasan yang akan Anda simak akan
memberikan deskripsi tentang diferensiasi dan permasalahan yang kerap
menyertainya.
DIFERENSIASI SOSIAL BERDASARKAN RAS
Diferensiasi ras yang terjadi di
dunia dimaksudkan untuk mengklasifikasikan perbedaan-perbedaan manusia yang
dapat diamati melalui tampilan fisik dan ciri-ciri biologis lainnya. Ras dapat
diidentifikasi tanpa studi mendalam. Perbedaan ras ini dapat terlihat secara
nyata, karena hanya merupakan perbedaan ciri-ciri fisik.
Pada awalnya, klasifikasi ras
yang diungkapkan dalam kajian diferensiasi ini dibuat untuk mempermudah studi
eksakta, khususnya biologi, dalam mempelajari manusia dan struktur penyusun
tubuhnya. Namun kemudian, klasifikasi ini diadaptasi pula oleh ilmu sosial
untuk mempelajari kebudayaan dan persebaran etnis berdasarkan ras di seluruh
dunia.
Diferensiasi yang disusun oleh
para ahli biologi ini juga pada akhirnya dipergunakan untuk menganalisis
temuan-temuan manusia purba oleh ahli antropologi, arkeologi, dan kajiannya
dikembangkan menjadi bagian dari studi sosial yang disebut sebagai biologi
manusia.
Pada saat ini konsep diferensiasi
ras dipergunakan dalam ruang lingkup yang umum, bukan lagi dalam lingkup
terbatas ilmu pengetahuan. Dengan sosialisasi yang sempurna di tingkat akademik
mengenai diferensiasi ras ini, masyarakat modern lebih memahami apa itu ras dan
dapat mengklasifikasikannya dalam diferensiasi.
Diferensiasi ini dikaji karena
ilmu-ilmu sosial mulai mengembangkan pemahaman bahwa setiap kelompok masyarakat
melahirkan unsur-unsur kebudayaan yang universal namun berbeda-beda pada
pelaksanaannya. Dari penjelasan-penjelasan tersebut, maka diharapkan agar
mereka (para ilmuwan sosial) dapat mengabstraksikan klasifikasi hasil-hasil
kebudayaan dipengaruhi oleh ras masing-masing.
Nampaknya usaha tersebut justru
mendatangkan permasalahan baru dalam diferensiasi ras yang membagi dunia
kedalam beberapa klasifikasi. Meskipun diferensiasi sama sekali berbeda dengan
stratifikasi, namun permasalahan yang sering muncul dalam stratifikasi pun
menimpa kajian-kajian tentang diferensiasi. Perbedaan dalam diferensiasi ras
sering menjadi pemicu adanya permasalahan diskriminasi.
Diskriminasi ras atau dalam
istilah internasional disebut race discrimination diciptakan sebagai reaksi
atas munculnya dominasi satu ras terhadap ras lainnya.
Permasalahan ini disinyalir
muncul akibat kesalahpahaman makna yang dilakukan oleh masyarakat atas
hasil-hasil studi yang dilakukan oleh para ilmuwan sosial pada abad ke-19.
Dimulai dengan permasalahan moral kemanusiaan terbesar, dimana kaum-kaum
negroid diperbudak oleh kaum bangsawan Eropa, baik di Eropa maupun di Amerika.
Dalam kasus ini, kaum bangsawan
Eropa yang memiliki ras kaukasoid menganggap ras mereka sebagai ras yang
unggul, sementara kaum ras berwarna (negroid, mongoloid, American mongoloid)
memiliki kelemahan ras.
Kemudian stigma itu berkembang,
menurut mereka, ras kulit berwarna juga memiliki kelemahan IQ sehingga tidak
memiliki tingkat kecerdasan yang sama seperti mereka.Entah hal apa yang
melahirkan stigma itu, mungkin karena ilmuwan yang banyak meneliti tentang ras
ini berasal dari ras mereka (kaukasoid).
Permasalahan diskriminasi ras ini
menjadi salah satu kesalahan terbesar yang pernah terjadi di dunia. Stigma
tersebut bahkan bergulir hingga saat ini, di benua-benua dengan mayoritas
penduduk ras kaukasoid, beberapa waktu masih ditemukan terjadinya diskriminasi
ras.
Di Amerika misalnya, orang-orang
Afro-Amerika sering mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari
orang-orang kulit putih. Alhasil masih sering terjadi perseteruan mengenai hal
ini. Namun lambat laun permasalahan ini berusaha dihilangkan, karena dianggap
tidak menghargai keragaman dalam masyarakatnya.
DIFERENSIASI SOSIAL BERDASARKAN ETNIS
Menurut Alex Thio, kelompok etnis
adalah sekelompok orang yang sering berbagi warisan kebudayaan tertentu. Etnis
sama sekali berbeda dengan ras, karena etnis di klasifikasi bukan berdasarkan
ciri-ciri fisik, namun diklasifikasi berdasarkan kriteria kebudayaan tertentu.
Misal, dalam penyebutan etnis
Cina-Indonesia berarti merujuk pada sekelompok orang yang memiliki kebudayaan
leluhur yang sama, yakni leluhur asli yang datang dari Cina ke Indonesia dengan
kepentingan tertentu (biasanya kepentingan perdagangan).
Di Indonesia, permasalahan etnis
ini menjadi salah satu permasalahan yang kerapkali terjadi. Sekelompok orang
yang mengatasnamakan diri mereka sebagai pribumi (secara ekstrim) seringkali
sulit menerima keterbukaan, sehingga mereka justru menganggap rendah
etnis-etnis pendatang yang menjadi minoritas.
Akibatnya beberapa kelompok
masyarakat dari etnis pendatang yang memiliki pengalaman ‘pahit’ ini
memberikan cap yang juga tidak kalah ‘menyakitkan’ pada orang-orang pribumi.
Permasalahan etnis ini
diperkirakan dimulai sejak awal abad ke-18, yakni saat kedatangan VOC di
Nusantara. Apakah Anda mengingat, dalam pelajaran sejarah Indonesia, Anda
pernah diajarkan bahwa pada saat pendudukan VOC, mereka membagi masyarakat ke
dalam empat lapisan yang disahkan dalam hukum Belanda saat itu, yakni golongan
Eropa, golongan Indo, golongan Timur Asing, dan golongan Bumiputera (pribumi)
yang justru ditempatkan pada lapisan terakhir.
Bukan tidak berarti, urutan
golongan ini memiliki efek stratifikasi di masyarakat, sehingga semakin rendah
lapisannya, semakin tidak dihargai pula hak-haknya. Dikarenanakan oleh hal
tersebut, maka masyarakat Indonesia yang marah saat itu kemudian meluncurkan
stigma pada golongan-golongan diluar pribumi melalui gerakan-gerakan bawah
tanah.
Pengalaman-pengalaman tersebutlah
yang secara tidak sadar diwariskan hingga saat ini, sehingga diskriminasi masih
mungkin terjadi di antara etnis yang terdapat di indonesia. Hal ini masih akan
terus diperbaiki oleh pemerintah Indonesia melalui pendidikan dasar, dengan
usaha-usaha penyadaran kepada masyarakat bahwa keberagaman di Indonesia
bukanlah sumber perselisihan, melainkan merupakan kekuatan yang harus selalu
dibina.
Diferensiasi Sosial Berdasarkan
Agama
Agama lahir sebagai jawaban atas
kegelisahan-kegelisahan manusia di dunia. Emile Durkheim menjelaskan bahwa
agama dalam pandangannya adalah suatu sistem kepercayaan yang dilengkapi dengan
berbagai macam ritualnya sebagai bentuk rasa terima kasih kepada Tuhan yang
mereka yakini.
Namun diluar pengertian tersebut,
agama dan ritual-ritual yang dilakukan merupakan alat pemersatu umat beragama
yang menganut masing-masing agama atau kepercayaan yang ada.
Yang dimaksud dengan agama
merupakan seluruh bentuk kepercayaan yang diyakini oleh masing-masing umatnya
akan membawa kehidupan mereka ke arah yang baik. Bentuk-bentuk agama ini
beragam, mulai dari kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat magis,
supranatural, hingga kepercayaan terhadap Tuhan.
Melalui ajaran-ajarannya,
bukankah agama menanamkan kedamaian sebagai kebaikan pada umatnya? Namun yang
terjadi di dunia, agama seringkali menjadi kambing hitam bagi kepentingan
segelintir manusia untuk melancarkan segala keinginannya. Kesucian agama
kemudian diperkeruh oleh berbagai hal (baca: kepentingan), yang kemudian
memunculkan stigma yang buruk oleh agama tertentu terhadap agama lainnya.
Yang dikhawatirkan adalah, ketika
suatu agama dipenuhi beragam unsur kepentingan para pemimpinnya, maka akan
terjadi keyakinan semu, yang bisa saja menyesatkan, karena membiaskan keyakinan
aslinya.
Oleh karena itu, alih-alih
mengikuti aliran-aliran agama tertentu yang kurang diyakini, sebagai yang juga
bagian dari umat beragama, sebaiknya kita membatasi diri agar tidak terjerumus
ajaran yang salah dengan cara mendalami agama yang sudah kita pegang teguh
sejak dilahirkan sesuai dengan ajaran yang disampaikan kitab agama
masing-masing.
Diferensiasi Sosial Berdasarkan
Gender
Diferensiasi gender merupakan
pembagian hak dan kewajiban yang didasari oleh pembagian peran (yang sangat
dipengaruhi oleh konsep pembagian kerja dalam masyarakat kapitalis).
Diferensiasi gender merupakan pembedaan antara laki-laki dan perempuan dengan
latar belakang budaya. Jadi perbedaan gender merupakan bentukan budaya, tidak
ada pengaruhnya sama sekali dengan unsur-unsur biologis.
Dari pemahaman tentang
diferensiasi gender ini, peran perempuan dan laki-laki di dunia menjadi
terpisahkan. Ada lapangan kerja laki-laki, maka ada lapangan kerja perempuan.
Kerja laki-laki hanya diutamakan bagi pengembangan potensi laki-laki, begitupun
perempuan. Laki-laki dan perempuan seolah-olah menjadi jenis manusia yang
berbeda, diberikan porsi masing-masing sesuai dengan bentukan budaya.
Dari diferensiasi gender ini
kemudian berkembang konsep dunia patriarkis, dimana laki-laki dianggap lebih
tinggi dari perempuan (bahkan pada kebudayaan tertentu, misal di kebudayaan
India dan Timur Tengah, laki-laki dianggap lebih mulia sementara perempuan
berstatus dibawahnya), maka kerapkali ada anggapan bahwa laki-laki lebih patut
memimpin segala sesuatu.
Lalu lahir pula konsep-konsep
femininitas dan maskulinitas pada banyak kebudayaan, yang semakin mematangkan
perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Maka masalah yang muncul selanjutnya
adalah bias gender, dimana perempuan kerapkali direndahkan dan tidak mampu
menyamai potensi laki-laki.
Salah satu jalan penyelesaiannya
adalah menghargai perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis,
namun sesungguhnya tidak dapat dibedakan dalam hakikatnya sebagai manusia.
Diferensiasi sosial lahir di
berbagai kebudayaan bukan untuk melahirkan perpecahan, sebaiknya masyarakat di
dunia harus memiliki kesadaran bahwa perbedaan adalah keindahan yang harus
dipersatukan. Perbedaan bukanlah kompetisi tentang siapa yang unggul dan siapa
yang berada di bawahny
0 komentar:
Posting Komentar