Integrasi Sosial
Dalam kemajemukan yang terdapat
di Negara kita Republik Indonesia tercinta, integrasi sosial kerap kali
dilupakan. Padahal integrasi merupakan salah satu, bahkan mungkin satu-satunya
solusi, bagi masalah-masalah yang terjadi akibat kemajemukan tersebut.
Integrasi sosial termasuk ke
dalam usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan perselisihan, serta
mempersatukan perbedaan melalui proses-proses yang adil. Integrasi sosial lahir
dari kesadaran kita akan pentingnya berbangsa yang baik.
Indonesia sebagai negara yang
majemuk, memiliki landasan-landasan yang cukup kuat untuk menyelesaikan
permasalahan. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
sebetulnya merupakan landasan idiil dan landasan konstitusional yang paling
ideal. Namun sayang, kedua landasan idiil ini kini malah dipandang sebelah mata
oleh hampir semua warga Negara Indonesia sebagai sarana integrasi yang utama.
Bukannya melandaskan integrasi
sosial pada kedua materi ini, Pancasila dan Undang-Undang Dasar sepertinya
hanya dianggap mimpi-mimpi masa lalu tentang penyelesaian masalah sang Negara
merdeka baru (Indonesia pada masa itu).
Pelaksana Pancasila dan
Undang-Undang pun justru, sepertinya lebih menitikberatkan segala permasalahan
kemajemukkan ini pada hukum-hukum formal (diluar Pancasila dan Undang-Undang
Dasar), yang notabene masih merupakan hukum turunan dari bangsa Belanda.
Bentuk hukuman tersebut
diadaptasi sebagai imbas dari masa kolonialisme yang lalu, untuk menyelesaikan
suatu permasalahan. Hal ini dianggap kurang adaptif karena dibutuhkan pemahaman
yang mendalam dari pelaksanaan integrasi ini.
Tetapi, apapun landasan hukumnya,
seharusnya integrasi sosial harus tetap dilaksanakan. Setidaknya proses itu
harus melalui penyadaran dari masing-masing warga negara. Sosialisasi mengenai
integrasi sosial ini sebaiknya tidak hanya dilaksanakan pada ruang lingkup
akademik, melainkan harus dilakukan juga dalam ruang lingkup umum. Dalam
ruang-ruang masyarakat yang sama sekali awam, agar mereka memiliki kesadaran
yang sama.
Mungkin inilah salah satu sebab
mengapa integrasi tidak dapat direalisasikan secara sempurna karena proses
sosialisasinya tidak menyeluruh. Tidak semua orang memiliki kesadaran yang sama
tentang kemajemukan ini, akibatnya integrasi hanya dianggap sebagai sesuatu
yang ringan. Integrasi sosial hanya serupa mimpi-mimpi idealisme para
negarawan.
Mudah-mudahan pernyataan ini
bukan merupakan gambaran dari keadaan nyata yang dimiliki bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, mari kita membangun kesadaran bersama akan pentingnya
persatuan. Dan mari agar mulai menyadari, bahwa perbedaan bukan merupakan
sumber dari adanya perpecahan, melainkan merupakan sumber kekuatan dalam
persatuan.
Apa Itu Integrasi Sosial?
Integrasi sosial ialah penyatuan
atas unsur-unsur dalam masyarakat, termasuk di dalamnya keragaman latar
belakang budaya, bahasa, pola pikir, agama, serta etnis, demi terciptanya
kedamaian dan persatuan. Untuk melaksanakan proses-proses penyatuan ini,
masyarakat harus memiliki kesadaran dan setidak-tidaknya kecintaan terhadap
bangsanya. Hal itu dimaksudkan agar setiap orang mampu menumbuhkan rasa
memiliki sebagai bangsa Indonesia.
Integrasi sosial seharusnya terus
mengalami laju pertumbuhan seiring dengan berkembangnya unsur-unsur dan
kepentingan masyarakat, seperti hal-hal berikut ini, kelompok sosial dengan
homogenitasnya, heterogenitas kelompok-kelompok sosial dalam keberlangsungan
bangsa.
Kemudian, terjadinya mobilitas
secara geografis yang dilakukan oleh beberapa orang dalam ukuran yang cukup
besar ke satu daerah berkembang (kota besar), efektivitas komunikasi, baik
antarkelompok maupun intrakelompok masyarakat itu sendiri, yang dipengaruhi
ukuran kelompok.
Yang mendukung terjadinya
integrasi sosial adalah sikap toleransi antar kelompok yang berbeda, ekonomi
wilayah yang konstan dan seimbang, sikap saling menghargai antar sesama anggota
kelompok, adanya usaha persamaan dalam suatu kelompok, serta sikap para
penguasa dan pemerintah yang terbuka kepada masyarakat.
Jadi, untuk menghimpun kesadaran
tersebut, pemerintah, bahkan kita sendiri, harus mulai membina diri dan
mengarahkan ke pemahaman bahwa persatuan dalam perbedaan merupakan hal yang
sangat penting.
Emile Durkheim menyatakan bahwa
konsensus atau kesepakatan tentang seperangkat nilai, merupakan hal-hal yang
menjadi kekuatan untuk menghimpun sebuah integrasi sosial.
Kondisi-kondisi pencapaian
konsensus tersebut berarti terciptanya masyarakat yang anggota-anggotanya dapat
saling memahami satu sama lain. Hasil dari tercapainya konsensus tersebut,
yakni rasa tentram yang merupakan salah satu pemicu integrasi.
Karel J. Veeger menyampaikan
bahwa pengintegrasian adalah proses ketika individu-individu atau
kelompok-kelompok melibatkan diri ke dalam masyarakat besar. Pada gilirannya,
masyarakat besar menerima individu-individu dan kelompok-kelompok itu.
Oleh karena itu, yang dibutuhkan
dari sebuah proses pengintegrasian adalah ketika kedua pihak atau lebih
sama-sama memiliki kemampuan dan kerelaan untuk menerima nilai-nilai bersama
yang telah disepakati untuk kepentingan integrasi tersebut. Dengan kata lain,
dibutuhkan toleransi dari kelompok-kelompok yang ada dalam proses integrasi
sosial tersebut.
Dalam usaha-usaha pengintegrasian
kelompok-kelompok masyarakat, dibutuhkan keterpaduan antara motivasi, perasaan,
serta beragam pemikiran dari masing-masing anggota kelompok. Jadi, sudah tentu
dibutuhkan waktu yang tidak hanya sebentar untuk pencapaian keterpaduan ini.
Negotiated order ialah salah satu
usaha yang dilakukan dalam pengintegrasian oleh orang dalam kelompok-kelompok
sosial modern. Dalam masyarakat modern, terkadang proses integrasi tidak
tertuntaskan secara sempurna karena sifat individualis para anggotanya
seringkali lebih mengemuka dari pada sifat saling membutuhkan antaranggota
kelompoknya. Jadi, negotiated order merupakan salah satu cara untuk
pengintegrasian.
Negotiated order sendiri, berarti
kesempatan-kesempatan yang merupakan suatu keadaan di mana
kemungkinan-kemungkinan untuk bekerja sama antaranggota kelompok yang satu
dengan anggota kelompok yang lain berlangsung. Kesempatan baik ini dikembangkan
sebagai siasat untuk menyenangkan satu sama lain, hingga kebaikan-kebaikan
tersebut secara tidak langsung melahirkan sebuah kompromi.
Integrasi dalam Sistem Sosial
Sistem sosial ialah sebuah sistem
yang terbentuk dalam masyarakat, terdiri dari sekumpulan hubungan timbal balik
yang tidak selalu bersifat konstan. Dari sifat-sifat yang tidak selalu konstan
itulah, maka sistem sosial kerap kali menjadi salah satu sumber ketimpangan.
Sistem sosial juga berisikan
tentang kesepakatan-kesepakatan, serta unsur-unsur masyarakat yang saling
berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu, menurut Herbert Spencer, sistem
sosial, seperti organisma dalam tubuh manusia yang saling ketergantungan.
Karena sifatnya seperti sebuah
organisma, jika salah satu sistem sosial tidak berjalan secara sempurna, maka
bagian lain dari sistem sosial tersebut akan pula berjalan tak sempurna.
Unsur-unsur dalam sistem sosial adalah susunan dari kesepakatan-kesepakatan.
Akan tetapi, seiring dengan perkembangan masyarakat, maka seperti yang telah
dijelaskan, bahwa kesepakatan bukan merupakan sesuatu yang dapat selalu
konstan.
Ketika dalam keadaan tidak
konstan inilah, kesepakatan-kesepakatan yang menjadi tidak sama akan menjadi
sebuah permasalahan baru. Anggota masyarakat yang masih setia dengan sistem
sosial yang ada, akan berselisih dengan anggota masyarakat yang telah berada di
luar kesepakatan. Kira-kira permasalahan seperti itulah yang akan terjadi, jika
dijelaskan secara sederhana.
Jangan lupa juga bahwa sistem
sosial dipengaruhi pula oleh dinamika masyarakat yang ada di dalam budaya di
mana sistem sosial itu berlangsung. Masyarakat sebagai sebuah sistem sosial
merupakan bagian dari berbagai macam subsistem dengan fakta-fakta yang
dimiliki, serta fenomena sosial yang ada. Kemudian, integrasi akan tercapai,
jika ada proses-proses sosial terpadu yang menjadikan sistem sosial sebagai
suatu sistem yang dinamis.
Bentuk-Bentuk Integrasi Sosial
Dalam penanganan sebuah konflik,
integrasi merupakan jalan terakhir yang paling diinginkan sebagai sebuah
penyelesaian. Karena integrasi diraih bukan karena keterpaksaan, melainkan
karena kesadaran dari kesepakatan-kesepakatan yang dibangun dalam sebuah
sistem.
Meski kesepakatan-kesepakatan
yang diraih tidak selalu bersifat konstan, tapi dapat selalu diusahakan agar
kesepakatan tersebut selalu menjadi hal yang utama dalam masyarakat. Jadi,
kesepakatan tersebut harus dibuat senyaman mungkin untuk selalu berjalan mulus
di masyarakat. Emile Durkheim mengemukakan bahwa integrasi terbagi menjadi dua,
yaitu sebagai berikut.
1. Integrasi Tinggi
Integrasi tinggi ini lahir dari
kelompok-kelompok yang memiliki ikatan kuat dan solidaritas yang tinggi dari
setiap anggotanya. Kelompok yang memiliki tingkat integrasi yang tinggi tidak
segan-segan untuk membela anggota kelompoknya yang sedang berada dalam masalah
atau pun konflik. Bahkan tanpa memedulikan risiko yang akan menimpa kelompoknya
di kemudian hari. Yang termasuk ke dalam kelompok dengan kategori ini, misalnya
komunitas adat dan kelompok agama.
2. Integrasi Rendah
Integrasi yang rendah biasanya
dilahirkan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai keterikatan yang
lemah. Kelompok ini lebih sering disisipi oleh kepentingan yang bersifat
individualis dan hanya akan dipersatukan oleh kasus-kasus mendesak yang
sekiranya akan membutuhkan kuantitas suara yang maksimal.
Jadi, resiko yang terjadi pada
anggotanya bukan merupakan urusan bersama. Yang termasuk ke dalam kelompok
dengan kategori ini, misalnya organisasi pekerja atau organisasi pedagang.
Selain itu, sebagai masyarakat
yang majemuk, maka kesadaran kita sebagai anggota masyarakat harus dibangun,
bahwa sistem sosial yang ada di dalam kehidupan masyarakat dibangun untuk
kepentingan bersama.
Jika ada salah satunya saja yang
berlangsung kurang efektif, jangan jadikan hal tersebut menjadi sebuah hambatan
yang dipertentangkan. Melainkan sebagai sebuah pemicu diskusi antar kelompok,
sehingga dicapai kesepakatan yang baru.
Sekian sekelumit pemaparan
tentang integrasi sosial, mudah-mudahan dapat mencerahkan pemikiran pembaca
bahwa perbedaan harus dipersatukan.
terima kasih......
0 komentar:
Posting Komentar