Hubungan Sosial
Ilustrasi hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial
yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Untuk itu, sebagai
makhluk yang membutuhkan pertolongan orang lain, manusia butuh belajar mengenai
hubungan sosial dengan lingkungan di sekitarnya. Kita sebagai manusia harus
mengerti bagaimana cara berinteraksi dengan masyarakat sekitar, mengaplikasikan
tata krama, hingga cara menyikapi perbedaan pandangan dengan orang lain.
Hal-hal tersebut pada dasarnya
bukanlah sebuah masalah besar bagi kita yang telah memiliki naluri untuk
melakukan hubungan sosial dengan orang lain. Namun kita tetap harus mengasah
kesadaran diri kita masing-masing yang berpotensi lupa pada banyak hal. Ya, hal
itu sesuai dengan kaidah “manusia adalah tempatnya alpa dan salah
Hubungan Sosial dengan Teman
Teman adalah sosok yang menjadi
pengganti keluarga di saat Anda jauh dari rangkulan keluarga. Mereka menjadi
figur yang selalu menemani kita di saat kita lapang maupun di saat kita
kesulitan. Mereka adalah figur yang tidak mudah tersinggung apabila kita
menghanturkan ribuan canda kepada mereka, meskipun terkadang candaan kita agak
melampaui batas.
Namun, di samping semua itu,
teman akan datang di saat kita sedang berada di titik lemah. Entah di saat Anda
kekurangan uang, di saat Anda dicampakkan kekasih, atau bahkan di saat Anda
terjatuh sakit. Teman Anda akan hadir untuk Anda.
Oleh karena jasa teman yang
begitu besar, kita harus tahu bagaimana caranya kita berinteraksi dengan mereka
secara baik. Membangun hubungan sosial dengan teman dapat diawali dengan
memperbanyak komunikasi dengan mereka sebagaimana kita memperbanyak komunikasi
dengan anggota keluarga kita.
Bahkan, di dalam permainan The
Sims yang begitu terkenal dikatakan bahwa teman sama halnya dengan tanaman.
Jika kita tidak menyiraminya maka mereka akan mati. Begitupun teman, hubungan
sosial yang selama ini kita coba bangun akan mati secara perlahan-lahan jika
kita tidak ‘menyirami’ hubungan itu dengan komunikasi yang baik.
Dari komunikasi yang rutin dengan
teman, tidak menutup kemungkinan kita akan menemukan konflik di dalam hubungan
pertemanan kita. Sebagai contoh dalam organisasi, teman dapat menjadi lawan
besar karena perbedaan prinsip terhadap hal-hal tertentu. Namun, terlepas dari
semua itu, kita tidak boleh menjadikan perbedaan tersebut sebagai dinding yang
akhirnya memperburuk hubungan sosial kita dengan teman.
Kita harus menyadari bahwa setiap
manusia diberikan kelebihan akal oleh Tuhan. Oleh karena kelebihan tersebut,
maka wajar jika terjadi perbedaan prinsip dengan teman kita. Hal yang lebih
tepat untuk dilakukan adalah dengan mencari jalan tengah dari dua prinsip yang
saling berbenturan. Selama hal tersebut bukan surga dan neraka, pasti ada jalan
tengah yang dapat diambil sebagai solusi untuk menyelesaikan perbedaan prinsip
tersebut dengan teman.
Hal yang terakhir adalah rasa
pengertian. Teman yang baik tidak akan ‘memakan’ temannya sendiri. Teman tidak
akan mengkhianati hubungan pertemanan yang selama ini telah dijalin. Jika Anda
dan teman Anda mencintai satu wanita yang sama, maka teman Anda tidak akan
melangkahi Anda.
Justru ia akan memberikan
kemudahan bagi Anda untuk mendapatkan hati wanita tersebut. Teman yang
pengertian akan memahami bagaimana perasaan Anda, sehingga mereka akan sangat
menjaga agar hubungan pertemanan Anda dengannya tidak akan luntur.
Hubungan Sosial dengan Keluarga
Keluarga adalah tempat pertama
kita mencurahkan isi hati, tempat pertama kita bersandar, dan tempat pertama
kita menangis. Keluarga telah menjadi sebuah organisasi yang menaungi kita
sejak kecil. Kita ada dan menjadi dewasa adalah karena jasa keluarga, terutama
orangtua. Oleh karenanya, kita tidak boleh melupakan hubungan sosial kita
dengan mereka. Sebab mereka telah ada semenjak kita terlahir hingga kita
tertidur di liang lahat kelak.
Menjaga hubungan sosial dengan
keluarga pada dasarnya adalah hal yang mudah. Namun, bagi anak dengan orangtua,
hal tersebut merupakan salah satu yang cukup menantang. Sebab, orangtua dengan
anak hidup di zaman dan generasi yang berbeda, sehingga akan timbul pola pikir
yang berbeda pula.
Hal ini sering menjadi racun di
dalam hubungan antara seorang anak dengan orangtua. Bahkan, tidak sedikit dari
mereka yang menjadi musuh dengan orangtuanya karena perbedaan prinsip yang sangat
bertolak belakang.
Sebagai anak yang baik, hendaknya
kita tetap menghargai prinsip kedua orangtua kita sambil terus melakukan
pendekatan secara baik-baik dengan mereka. Kita ambil contoh dalam kasus
pernikahan. Banyak orangtua yang menuntut anaknya menikah pada usia 27 tahun
dengan syarat memiliki rumah terlebih dahulu berdasarkan pengalaman mereka pada
umumnya.
Berbeda dengan prinsip anak yang
menginginkan nikah pada usia 23 tahun dengan pertimbangan agama. Kedua prinsip
ini jelas berseberangan. Orangtua menghendaki kemapanan, sementara anak
menghendaki kemuliaan dunia dan akhirat. Hal seperti ini jangan dijadikan
sebagai sesuatu yang memicu perpecahan di dalam keluarga.
Jika kita merasa yakin dengan
prinsip kita, maka kita harus melakukan pendekatan secara kreatif dengan salah
satu pihak. Kita sampaikan maksud mulia kita tanpa terlihat seperti menghakimi
pihak tertentu. Apalagi jika dasar kita adalah agama, tentu orangtua sekeras
apapun akan luluh jika cara penyampaian kita lembut dan sesuai dengan kemampuan
nalar mereka.
Hubungan Sosial dengan Masyarakat
Sekitar
Masyarakat sekitar adalah figur
yang menentukan jalan hidup kita juga. Tanpa adanya mereka, maka kita belum
tentu menjadi kita yang sekarang. Jika tidak ada tukang sayur, maka para ibu
akan kesulitan mencari bahan makanan. Jika tidak ada guru, maka kita akan
terlantar dan menjadi sangat bodoh.
Jika tidak ada ulama, maka kita
akan bergelimang dalam kemaksiatan. Begitulah seterusnya. Peran masyarakat
bukan hanya meramaikan isi bumi, tetapi juga untuk membantu kita dalam proses
pendewasaan diri. Maka dari itu, kita harus menghormati mereka dengan cara
membangun hubungan sosial yang baik.
Hal pertama yang dapat dilakukan
adalah mempertajam hubungan silaturami dengan para tetangga dan masyarakat sekitar
walaupun hanya sedikit berbincang. Terkadang beberapa dari kita enggan untuk
sekedar mengucapkan salam ketika bertemu dengan tetangga ataupun anggota
masyarakat lainnya.
Hal ini akan membangun budaya
acuh tak acuh. Jika memang kita termasuk orang yang pendiam, kita tidak perlu
ragu untuk tersenyum atau sekedar menyapa mereka dengan sapaan yang baik. Hal
kecil seperti itu sudah dapat meningkatkan perasaan positif di dalam hati orang
lain.
Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW
telah berpesan kepada kita,“ Janganlah kamu memandang remeh bentuk apapun dari
kebaikan, meskipun kamu hanya bertemu dengan saudaramu dengan wajah manis.”
(HR. Muslim)
Mengapa kita tidak boleh
memandang remeh suatu kebaikan? Sebab, pada dasarnya semua kebaikan itu akan
memicu hubungan sosial yang positif. Ketika seseorang tersenyum pada Anda, apa
yang Anda rasakan? Sebuah hawa positif yang membuat Anda terpacu untuk
tersenyum kembali kepadanya.
Hal itu sudah merupakan sebuah
contoh bahwa kebaikan sekecil apapun jika dilakukan terus-menerus akan menjadi
kebaikan yang besar. Coba kita bayangkan jika seorang ulama berceramah sambil
cemberut? Tidak akan nikmat dipandang dan para pendengar akan merasa jenuh
berada di dalam majelis tersebut.
Hal penting berikutnya adalah
saling mengingatkan. Masyarakat yang lebih heterogen akan memiliki pandangan
hidup yang heterogen pula. Dengan begitu, sesekali kita akan menemukan
penyimpangan di dalam kegiatan mereka.
Posisi kita sebagai anggota
masyarakat tersebut harus sigap dengan hal-hal yang mungkin kurang menyenangkan
tersebut. Caranya, tentu kita tidak bisa menggunakan kekerasan sebagai jalan
untuk menyelesaikan masalah. Kekerasan justru akan membawa masalah yang lebih
besar.
Kita ambil contoh mengenai kasus
tetangga yang senang mabuk. Mengingatkan orang seperti ini tidak bisa dengan
menggunakan kekerasan, namun harus didekati dengan pendekatan yang dapat
diterima olehnya. Diskusikan persoalan dengan anggota masyarakat lain, sehingga
usaha saling mengingatkan akan berjalan lebih baik dengan kuantitas orang yang
banyak, tanpa mengesampingkan kualitas nasihat tentunya.
Itulah paparan seputar hubungan
sosial dengan lingkungan di sekitar kita, baik itu teman, keluarga dan
masyarakat sekitar. Semoga informasi ini bisa menjadikan Anda labih bijak dalam
menjalani hubungan sosial.
terima kasih......
0 komentar:
Posting Komentar