Rabu, 19 November 2014

kompeten sosial


Kompetensi Sosial
Seperti yang sudah diketahui, peran orangtua dalam tumbuh kembang anak merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sosialisasi anak. Peranan orangtua dimulai dari masa bayi, ketika orangtua memberikan perhatian yang lebih dan berkomunikasi dengan anaknya walaupun belum secara baik. Hal ini terus berkembang hingga anak sudah mulai bisa berkomunikasi secara baik dan dapat berinteraksi dengan orangtuanya.
Di sinilah orangtua berperan memberikan pengarahan dan bimbingan pada anak dalam interaksi sosial. Interaksi-interaksi sosial yang dibangun oleh anak ini kemudian akan menghasilkan kompetensi sosial yang sangat penting.
Kompetensi sosial yang dibangun dengan pengarahan-pengarahan orangtua, nantinya akan membantu anak dalam menghadapi kehidupan sosialnya. Seperti penilaian terhadap orang lain, kooperatif dalam lingkungannya, ramah terhadap teman sebayanya, sopan santun dan lain sebagainya.
Dalam hal ini, peran orangtua menjadi salah satu pendukung agar anak dapat bergabung dengan kelompok teman sebayanya. Biasanya orangtua menginginkan anaknya untuk bisa bergabung dalam kelompok teman sebayanya. Hal ini dikarenakan banyak pelajaran yang bisa diambil oleh anak dari mulai belajar mandiri dan bersosialisasi.
Banyak orangtua yang menginginkan anaknya bisa bergaul dalam lingkungan yang baik dan bisa diterima oleh anak-anak lainnya. Secara sosial, anak dapat dikatakan sebagai sosialis yang bisa dengan mudah masuk ke dalam lingkungannya sendiri.
Akan tetapi, orangtua biasanya ingin mengatur keberadaan anak dalam lingkungan yang baik dan juga pergaulan yang baik. Pengaturan orangtua terhadap anaknya ini merupakan sebuah hal yang menunjukkan bagaimana pola asuh orangtua terhadap anaknya tersebut.
Gaya Asuh Orangtua dan Kompetensi Sosial
Dalam lingkungan pergaulan sang anak, setiap orangtua tentu mengharapkan anaknya tergolong sebagai anak yang baik, yang mau berbagi dengan teman sebayanya serta tidak mudah terpengaruh oleh teman-teman sebayanya yang dinilai kurang baik. Hal inilah yang kemudian melahirkan peraturan-peraturan dari orangtua yang membatasi anak dalam membangun hubungan sosial.
Kompetensi sosial anak serta pola asuh orangtua seringkali berbenturan. Akan tetapi, di antara kedua faktor sosial anak tersebut terdapat jembatan yang nantinya akan membentuk karakter anak. Hal inilah yang kemudian menjadi sebuah permasalahan ketika anak tumbuh menjadi remaja atau dewasa. Pergaulan menjadi sebuah hal yang penting daripada peraturan yang dibangun oleh orangtua.
Pola asuh orangtua seringkali berpusat pada pengontrolan, pengaturan dan pelarangan pada sang anak. Walaupun tidak semua gaya asuh orangtua menekankan hal-hal demikian. Hal inilah yang melibatkan pola asuh orangtua dengan kompetensi sosial anak.
Menurut Baumrind dalam bukunya yang berjudul Darling, terdapat dua perbedaan mengenai pola asuh orangtua yaitu parental responsiveness dan parental demandingness.
Parental responsiveness merupakan pola pengasuhan orangtua yang memupuk anak untuk menjadi dirinya sendiri dan memupuk kesadaran akan perkembangan individualisme anak. Dalam hal ini, orangtua senantiasa mendukung, mendengar dan memenuhi kebutuhan khusus dan tuntutan yang dilontarkan anak.
Pola asuh orangtua ini akan berkaitan dengan kompetensi sosial anak yang nantinya berpengaruh pada sosialisasi anak dengan lingkungan pertemanannya.
Sedangkan untuk pola asuh orangtua dengan cara parental demandingness merupakan pola asuh ketika orangtua memosisikan anak sebagai hal yang harus dikontrol dalam setiap gerak-geriknya. Orangtua menuntut anaknya untuk tetap terhubung dalam keutuhan keluarga serta menuntut anak untuk tetap berada dalam jalur yang baik. Dengan cara mengawasinya, mendisiplinkannya dan mengonfrontasi ketika anak berada dalam satu keadaan yang dianggap sebagai suatu kekeliruan.
Orangtua yang demikian merupakan orangtua dengan gaya otoriter yang cenderung ingin mengatur tanpa mau mendengarkan keinginan dan kehendak sang anak. Pola asuh orangtua yang seperti ini menciptakan lingkungan yang tertata rapi dan terstruktur dengan aturan-aturan yang jelas dan bersifat wajib untuk dipatuhi. Orangtua yang otoriter ini cenderung kurang ahli dalam menunjukkan kasih sayangnya dan bersikap lembut.
Hal ini dapat dilihat dari caranya yang begitu agresif dalam menyelesaikan suatu masalah. Demikian juga dengan kompetensi sosial yang berkaitan erat dengan interaksi sosial yang cenderung kurang ramah dan kurang bisa menerima lingkungannya.
Sebaliknya, untuk orangtua dengan pola asuh yang cenderung menerima impuls anak atau yang disebut dengan parental responsiveness, lebih sedikit dalam hal menuntut anak. Orangtua dengan pola asuh ini cenderung menerima impuls serta tuntutan dari anak saja.
Mereka memberikan apa yang anak minta dan cenderung kurang mengontrol perilaku anaknya. Walaupun sikap atau perilaku anak mudah bergaul dan ramah, namun dengan pola asuh orangtua seperti ini anak akan kurang mengetahui dan memiliki pengetahuan terhadap perilaku yang tepat untuk situasi sosial serta kurang bertanggung jawab pada perilakunya yang salah.
Dari kedua pola asuh yang telah dijelasakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua terhadap anak haruslah seimbang atau yang lebih sering disebut dengan pola asuh otoritatif. Karena hal ini tentu akan berdampak terhadap kompetensi sosial anak dalam sosialisasinya. Tidak hanya itu, pola asuh orangtua juga diharapkan dapat membentuk karakter sang anak menjadi seseorang yang mempunyai sopan santun dan batasan-batasan sendiri.
Pola asuh orangtua haruslah dipahami dengan baik sebagai fungsi orangtua agar dapat mendidik anaknya dengan baik. Oleh karena itu, pola asuh otoriter, otoritatif, dan lainnya haruslah benar-benar dipahami oleh setiap orangtua.
Dampak Pola Asuh Orangtua Terhadap Perkembangan Kompetensi Sosial Anak
Pola asuh orangtua seperti yang sudah kita ketahui memang banyak memengaruhi perkembangan kompetensi sosial anak alam segala bidang. Baik itu dalam bidang akademik, psikososial, perilaku dan lain sebagainya. Dari beberapa penelitian mengenai dampak pola asuh orangtua terhadap kompetensi sosial anak, telah disimpulkan hal-hal berikut;
1.       Anak dan remaja yang memiliki orangtua dengan pola asuh otoritatif cenderung memiliki kompetensi sosial maupun kompetensi instrumental atau kinerja akademik lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak dan remaja yang memiliki orangtua nonotoritatif.
2.       Anak dan remaja dengan pola asuh orangtua yang tidak peduli, memiliki kinerja buruk dalam kompetensi instrumental dan sosialnya.
3.       Anak dan remaja dengan pola asuh orangtua yang otoriter cenderung bersikap menghindari permasalahan. Akan tetapi, sikap dan keterampilan sosial yang ditunjukan oleh anak dan remaja ini menunjukkan sesuatu yang kurang baik, harga diri yang rendah, dan presentase depresi pada anak cenderung tinggi.
4.       Anak dan remaja dari orangtua yang berpola asuh permisif atau yang cenderung memanjakan biasanya akan terlibat dalam perilaku yang bermasalah dan memiliki kinerja akademik kurang baik. Akan tetapi meraka ini memiliki harga diri yang tinggi serta tingkat depresi yang dimilikinya cenderung rendah.
Dari penjelasan mengenai dampak pola asuh orangtua terhadap kompetensi sosial anak dapat disimpulkan bahwa, pola asuh otoritatif memberikan keuntungan yang sangat baik untuk perkembangan kompetensi instrumental dan sosial anak. Hal ini dikarenakan penggabungan dari dimensi pola asuh parental responsiveness yang tinggi dengan pola asuh parental demandingness yang moderat dan seimbang.
Pada umumnya, parental responsiveness dapat memengaruhi dan meramalkan kompetensi sosial dan keberfungsian psikososial. Sedangkan untuk parental demandingness berkaitan erat dengan kompetensi instrumental atau kinerja akademik serta kontrol perilaku pada anak.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa peran orangtua terhadap perkembangan kompetensi sosial anak memang sangat besar. Keterkaitan peran orangtua dan tumbuh kembang anak terjalin dengan adanya pola asuh orangtua yang diberikan sejak dini.
Di dalam mengasuh atau mendidik anak, tentu tidak semua didikan orangtua berjalan dengan lancar dan baik. Akan tetapi, dapat dikatakan lebih baik lagi jika orangtua mendidik anaknya dengan pola asuh yang otoritatif daripada pola asuh orangtua lainnya. Semoga Anda dapat menjadi orangtua yang bijak.


Terima kasih..

0 komentar: