Kompetensi Sosial
Seperti yang sudah diketahui,
peran orangtua dalam tumbuh kembang anak merupakan hal yang sangat penting
dalam kehidupan sosialisasi anak. Peranan orangtua dimulai dari masa bayi,
ketika orangtua memberikan perhatian yang lebih dan berkomunikasi dengan anaknya
walaupun belum secara baik. Hal ini terus berkembang hingga anak sudah mulai
bisa berkomunikasi secara baik dan dapat berinteraksi dengan orangtuanya.
Di sinilah orangtua berperan
memberikan pengarahan dan bimbingan pada anak dalam interaksi sosial. Interaksi-interaksi
sosial yang dibangun oleh anak ini kemudian akan menghasilkan kompetensi sosial
yang sangat penting.
Kompetensi sosial yang dibangun
dengan pengarahan-pengarahan orangtua, nantinya akan membantu anak dalam
menghadapi kehidupan sosialnya. Seperti penilaian terhadap orang lain,
kooperatif dalam lingkungannya, ramah terhadap teman sebayanya, sopan santun
dan lain sebagainya.
Dalam hal ini, peran orangtua
menjadi salah satu pendukung agar anak dapat bergabung dengan kelompok teman
sebayanya. Biasanya orangtua menginginkan anaknya untuk bisa bergabung dalam
kelompok teman sebayanya. Hal ini dikarenakan banyak pelajaran yang bisa
diambil oleh anak dari mulai belajar mandiri dan bersosialisasi.
Banyak orangtua yang menginginkan
anaknya bisa bergaul dalam lingkungan yang baik dan bisa diterima oleh
anak-anak lainnya. Secara sosial, anak dapat dikatakan sebagai sosialis yang
bisa dengan mudah masuk ke dalam lingkungannya sendiri.
Akan tetapi, orangtua biasanya
ingin mengatur keberadaan anak dalam lingkungan yang baik dan juga pergaulan
yang baik. Pengaturan orangtua terhadap anaknya ini merupakan sebuah hal yang
menunjukkan bagaimana pola asuh orangtua terhadap anaknya tersebut.
Gaya Asuh Orangtua dan Kompetensi
Sosial
Dalam lingkungan pergaulan sang
anak, setiap orangtua tentu mengharapkan anaknya tergolong sebagai anak yang
baik, yang mau berbagi dengan teman sebayanya serta tidak mudah terpengaruh
oleh teman-teman sebayanya yang dinilai kurang baik. Hal inilah yang kemudian
melahirkan peraturan-peraturan dari orangtua yang membatasi anak dalam
membangun hubungan sosial.
Kompetensi sosial anak serta pola
asuh orangtua seringkali berbenturan. Akan tetapi, di antara kedua faktor
sosial anak tersebut terdapat jembatan yang nantinya akan membentuk karakter
anak. Hal inilah yang kemudian menjadi sebuah permasalahan ketika anak tumbuh
menjadi remaja atau dewasa. Pergaulan menjadi sebuah hal yang penting daripada
peraturan yang dibangun oleh orangtua.
Pola asuh orangtua seringkali
berpusat pada pengontrolan, pengaturan dan pelarangan pada sang anak. Walaupun
tidak semua gaya asuh orangtua menekankan hal-hal demikian. Hal inilah yang
melibatkan pola asuh orangtua dengan kompetensi sosial anak.
Menurut Baumrind dalam bukunya
yang berjudul Darling, terdapat dua perbedaan mengenai pola asuh orangtua yaitu
parental responsiveness dan parental demandingness.
Parental responsiveness merupakan
pola pengasuhan orangtua yang memupuk anak untuk menjadi dirinya sendiri dan
memupuk kesadaran akan perkembangan individualisme anak. Dalam hal ini,
orangtua senantiasa mendukung, mendengar dan memenuhi kebutuhan khusus dan
tuntutan yang dilontarkan anak.
Pola asuh orangtua ini akan
berkaitan dengan kompetensi sosial anak yang nantinya berpengaruh pada
sosialisasi anak dengan lingkungan pertemanannya.
Sedangkan untuk pola asuh
orangtua dengan cara parental demandingness merupakan pola asuh ketika orangtua
memosisikan anak sebagai hal yang harus dikontrol dalam setiap gerak-geriknya.
Orangtua menuntut anaknya untuk tetap terhubung dalam keutuhan keluarga serta
menuntut anak untuk tetap berada dalam jalur yang baik. Dengan cara
mengawasinya, mendisiplinkannya dan mengonfrontasi ketika anak berada dalam
satu keadaan yang dianggap sebagai suatu kekeliruan.
Orangtua yang demikian merupakan
orangtua dengan gaya otoriter yang cenderung ingin mengatur tanpa mau
mendengarkan keinginan dan kehendak sang anak. Pola asuh orangtua yang seperti
ini menciptakan lingkungan yang tertata rapi dan terstruktur dengan
aturan-aturan yang jelas dan bersifat wajib untuk dipatuhi. Orangtua yang
otoriter ini cenderung kurang ahli dalam menunjukkan kasih sayangnya dan
bersikap lembut.
Hal ini dapat dilihat dari
caranya yang begitu agresif dalam menyelesaikan suatu masalah. Demikian juga
dengan kompetensi sosial yang berkaitan erat dengan interaksi sosial yang
cenderung kurang ramah dan kurang bisa menerima lingkungannya.
Sebaliknya, untuk orangtua dengan
pola asuh yang cenderung menerima impuls anak atau yang disebut dengan parental
responsiveness, lebih sedikit dalam hal menuntut anak. Orangtua dengan pola
asuh ini cenderung menerima impuls serta tuntutan dari anak saja.
Mereka memberikan apa yang anak
minta dan cenderung kurang mengontrol perilaku anaknya. Walaupun sikap atau
perilaku anak mudah bergaul dan ramah, namun dengan pola asuh orangtua seperti
ini anak akan kurang mengetahui dan memiliki pengetahuan terhadap perilaku yang
tepat untuk situasi sosial serta kurang bertanggung jawab pada perilakunya yang
salah.
Dari kedua pola asuh yang telah
dijelasakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua terhadap anak
haruslah seimbang atau yang lebih sering disebut dengan pola asuh otoritatif.
Karena hal ini tentu akan berdampak terhadap kompetensi sosial anak dalam
sosialisasinya. Tidak hanya itu, pola asuh orangtua juga diharapkan dapat
membentuk karakter sang anak menjadi seseorang yang mempunyai sopan santun dan
batasan-batasan sendiri.
Pola asuh orangtua haruslah
dipahami dengan baik sebagai fungsi orangtua agar dapat mendidik anaknya dengan
baik. Oleh karena itu, pola asuh otoriter, otoritatif, dan lainnya haruslah
benar-benar dipahami oleh setiap orangtua.
Dampak Pola Asuh Orangtua
Terhadap Perkembangan Kompetensi Sosial Anak
Pola asuh orangtua seperti yang
sudah kita ketahui memang banyak memengaruhi perkembangan kompetensi sosial
anak alam segala bidang. Baik itu dalam bidang akademik, psikososial, perilaku
dan lain sebagainya. Dari beberapa penelitian mengenai dampak pola asuh
orangtua terhadap kompetensi sosial anak, telah disimpulkan hal-hal berikut;
1. Anak
dan remaja yang memiliki orangtua dengan pola asuh otoritatif cenderung
memiliki kompetensi sosial maupun kompetensi instrumental atau kinerja akademik
lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak dan remaja yang memiliki orangtua
nonotoritatif.
2. Anak
dan remaja dengan pola asuh orangtua yang tidak peduli, memiliki kinerja buruk
dalam kompetensi instrumental dan sosialnya.
3. Anak
dan remaja dengan pola asuh orangtua yang otoriter cenderung bersikap
menghindari permasalahan. Akan tetapi, sikap dan keterampilan sosial yang
ditunjukan oleh anak dan remaja ini menunjukkan sesuatu yang kurang baik, harga
diri yang rendah, dan presentase depresi pada anak cenderung tinggi.
4. Anak
dan remaja dari orangtua yang berpola asuh permisif atau yang cenderung
memanjakan biasanya akan terlibat dalam perilaku yang bermasalah dan memiliki
kinerja akademik kurang baik. Akan tetapi meraka ini memiliki harga diri yang
tinggi serta tingkat depresi yang dimilikinya cenderung rendah.
Dari penjelasan mengenai dampak
pola asuh orangtua terhadap kompetensi sosial anak dapat disimpulkan bahwa,
pola asuh otoritatif memberikan keuntungan yang sangat baik untuk perkembangan
kompetensi instrumental dan sosial anak. Hal ini dikarenakan penggabungan dari
dimensi pola asuh parental responsiveness yang tinggi dengan pola asuh parental
demandingness yang moderat dan seimbang.
Pada umumnya, parental
responsiveness dapat memengaruhi dan meramalkan kompetensi sosial dan
keberfungsian psikososial. Sedangkan untuk parental demandingness berkaitan
erat dengan kompetensi instrumental atau kinerja akademik serta kontrol
perilaku pada anak.
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa peran orangtua terhadap perkembangan kompetensi sosial anak
memang sangat besar. Keterkaitan peran orangtua dan tumbuh kembang anak
terjalin dengan adanya pola asuh orangtua yang diberikan sejak dini.
Di dalam mengasuh atau mendidik
anak, tentu tidak semua didikan orangtua berjalan dengan lancar dan baik. Akan
tetapi, dapat dikatakan lebih baik lagi jika orangtua mendidik anaknya dengan
pola asuh yang otoritatif daripada pola asuh orangtua lainnya. Semoga Anda
dapat menjadi orangtua yang bijak.
Terima kasih..
0 komentar:
Posting Komentar